JURNAL ILMIAH AGRI PEAT FAPERTA UNPAR


4. Nomor 2 September 2013-Vennisia L — Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit sebagai Pupuk …..
8 Januari 2014, 1:47 pm
Filed under: Penelitian | Tag:

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA MEDIA TANAM STEK TANAMAN LADA

(Utilization of Liquid Waste of Palm Oil Factory As Organic Fertilizer In Pepper Plant Cutting Media)

 

Vennisia, L1), Sulistiyanto,Y2) ,  Sustiyah2)   

1) Badan Pemberdayaan Masyarakat  Kota Palangka Raya

  2) Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

 

Telp:  0536-3241242  Email: levennisia@gmail.com 

ABSTRACT

 

This study aims to know the effect of Liquid Waste of Palm Oil Factory on growth of pepper plant in sandy soil and peat soil and the change of nutrient (N, P, K, Ca, and Mg) in that media.  The research was arranged in completely randomized designed, with two factors and four replications. First factor was growing media, i.e. sandy soil (MT1) and peat soil (MT2). Second factor was dosage of liquid waste Palm Oil factory, i.e.  D0 (0 milliliters), D1 (50 milliliters), D2 (100 milliliters), and D3 (150 milliliters) that there are 8 combinations. Results of the research showed that provision of liquid waste palm oil factory can increase growth of pepper and the change of nutrients content in the media. The best treatment is sandy soil media with 100 milliliters of liquid waste of palm oil factory (MT1D2) because it gives the effect on pepper plant cuttings height and wet weight of roots.

Key Word :  liquid waste palm oil factory, pepper plant, sandy  soil, peat soil, nutrients

 

ABSTRAK

 

     Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit  terhadap pertumbuhan stek tanaman lada pada media tanah pasir dan tanah gambut dan perubahan kandungan haranya N, P, K, Ca dan Mg di Kota Palangka Raya. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri dari 2 jenis yaitu: tanah pasir (MT1) dan tanah gambut (MT2). Faktor kedua  adalah  dosis  limbah  cair  pabrik  kelapa sawit  yang  terdiri dari 4 taraf dosis pemberian    ( D0 = 0 mL,  D1 = 50 mL,   D2 = 100 mL, dan  D3 = 150 mL) sehingga terdapat 8  kombinasi perlakuan dan  dilakukan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit mampu meningkatkan pertumbuhan stek tanaman  lada dan memberikan pengaruh terhadap perubahan hara pada media tanah pasir dan media tanah gambut khususnya unsur N, P, K, Ca dan Mg dengan perlakuan terbaik media tanah pasir dengan dosis limbah 100 mL (MT1D2) yang berpengaruh terhadap  tinggi stek tanaman lada (cm),  dan   berat  basah akar stek tanaman lada (gram).

Kata Kunci :  limbah cair pabrik kelapa sawit, lada, tanah pasir, tanah gambut, hara

 

PENDAHULUAN

Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah menghasilkan beberapa macam limbah yang dikelompokkan dalam dua jenis yaitu limbah padat dan limbah cair (Widjaja dan Utomo, 2004). Perkembangan perkebunan kelapa sawit  dan pabrik kelapa sawit di Kalimantan Tengah memberi dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah sebagai potensi meningkatkan perekonomian dan lapangan pekerjaan, sementara dampak negatif adalah adanya potensi penghasil limbah karena berdirinya pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit ini dapat mencemari tanah dan perairan sekitarnya. Penanganan limbah pengolahan kelapa sawit menjadi perhatian yang serius seiring dengan perkembangan luas usaha perkebunan kelapa sawit. Kesalahan dalam penanganan limbah yang dihasilkan ini akan berdampak semakin menurunnya kualitas lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit adalah limbah cair. Dalam setiap ton CPO (Crude Oil Palm) yang diproduksi akan dihasilkan 2.5 ton limbah cair (Wandansari, 2009).

 Pengolahan limbah memberikan hasil yang menggembirakan karena secara kimia diketahui bahwa limbah cair ini memiliki kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg yang cukup tinggi, padahal hara-hara ini adalah hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil limbah cair pabrik kelapa sawit ini berpotensi untuk digunakan sebagai pupuk organik (Satyoso et al., 2005).  Penggunaan pupuk organik selain berguna untuk menanggulangi dampak negatif limbah juga menghemat penggunaan pupuk anorganik untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Kota Palangka Raya adalah ibukota Provinsi Kalimantan Tengah didominasi oleh dua jenis tanah, yaitu tanah pasir dan tanah gambut. Kedua jenis tanah ini merupakan tanah-tanah yang miskin hara. Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai pupuk organik cair  yang memiliki hara makro di dalamnya merupakan satu solusi dalam  pemanfaatan tanah-tanah miskin hara seperti tanah gambut dan tanah pasir. 

Tanaman Lada (Piper ningrum L.) merupakan salah satu komoditas perdagangan penting Indonesia. Sebagai barang ekonomis lada memiliki harga yang sangat tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan antara lain sebagai bumbu masakan, bahan pembuat obat, parfum dan kosmetika. Berdasarkan perbedaan waktu pemetikan dan proses pengolahan dikenal dua jenis lada yaitu: lada putih dan lada hitam. Lada putih dipetik saat buah matang penuh sedangkan lada hitam dipetik saat matang petik (kulit masih hijau). Di Indonesia dijumpai  40 jenis lada, dan jenis yang biasa tumbuh di Kalimantan adalah jenis Bengkayang (lada putih).

Tanaman Lada telah berkembang baik di Indonesia dan menjadi komoditas ekspor yang mempunyai peranan penting sebagai penghasil devisa (Sitorus dan Mauladi, 1992). Luas areal pertanaman lada di Indonesia adalah 160.924 ha dengan produksi 67.099 ton. Daerah produksi utama adalah Lampung, Bangka, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan (Ditjenbun, 2002). Berdasarkan syarat tumbuh tanaman lada yang disarankan maka sebagian besar di lahan kering Kalimantan Tengah dapat dimanfaatkan sebagai daerah pengembangan lada   (Puslittanak, 1998; Puslittanak, 2000). Umumnya tanah-tanah di lahan kering Kalimantan Tengah mempunyai tekstur tanah liat, lempung, dan berpasir yang cocok ditumbuhi tanaman lada.

 

 

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah selama 5 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan bulan Nopember 2012.

     Bahan tanaman yang digunakan yaitu stek tanaman lada Varietas Bengkayang. Bahan stek diambil dari kebun UPTD B2KP (Balai Benih dan  Kebun Produksi) milik Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah di Jalan Tjilik Riwut Km. 126. Pundu Kabupaten Kotawaringin Timur. Jenis Pupuk Cair Organik yang digunakan yaitu limbah cair pabrik kelapa sawit  yang diambil dari pabrik kelapa sawit PT. Bisma Dharma Kencana Kabupaten Katingan. Pupuk dasar yang digunakan pupuk kotoran ayam yang sudah matang, pestisida Furadan, Dithane M-45. kapur dolomit (CaMg(CO3)2,, ZPT Rootone F, kayu, tali, paranet, plastik UV. Tanah pasir diambil dari Kelurahan Petuk Bukit, Kecamatan Rakumpit dan tanah gambut diambil dari Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau.

     Alat-alat yang digunakan adalah  cangkul, polibag berukuran 15 x 20 cm, timbangan analitik, pisau stek, hand sprayer, meteran ukur, gelas ukur , ember,  ayakan  tanah diameter 2 mm dan 5 mm,  kamera digital  dan komputer untuk mengolah data.

     Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri dari 2 jenis yaitu: tanah pasir (MT1) dan tanah gambut (MT2). Faktor kedua  adalah  dosis  limbah  cair  pabrik  kelapa sawit  yang  terdiri dari 4 taraf dosis pemberian    ( D0 = 0 mL,  D1 = 50 mL,   D2 = 100 mL, dan  D3 = 150 mL) sehingga terdapat 8  kombinasi perlakuan dan  dilakukan 4 kali ulangan. Penentuan dosis limbah cair pabrik kelapa sawit berdasarkan dosis untuk  pupuk organik cair yang biasa digunakan 126 m3 per hektar (Sutarta et al., 2003).

Parameter yang diamati meliputi: Tinggi stek tanaman lada (cm),  Umur stek tanaman lada mulai bertunas (hari), Jumlah akar stek tanaman lada (buah), Panjang akar stek tanaman lada (cm), Berat basah dan berat kering akar stek tanaman lada (g), Berat basah dan berat kering stek tanaman lada (g),  pada 12 MST.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. a.    Tinggi Stek Tanaman Lada (cm)

Tinggi stek tanaman lada diukur dengan mengukur stek tanaman lada dari atas permukaan media tanam sampai pangkal ruas terakhir stek yang dilakukan pada tahapan akhir penelitian (12 MST). Pada penelitian ini perlakuan memberikan hasil sangat berbeda nyata terhadap tinggi stek tanaman lada. Secara umum pengaruh perlakuan yang memberikan tinggi tanaman terendah adalah MT2D2, sementara yang tertinggi adalah MT1D2. Perlakuan terbaik untuk tinggi tanaman ada 2 perlakuan yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu MT1D2 dan MT1D3, tapi karena nilai yang diberikan oleh MT1D2 lebih tinggi, maka MT1D2 merupakan perlakuan terbaik untuk parameter ini. 

           Bahan stek tanaman lada yang digunakan pada penelitian ini   berkisar 35-40 cm.   Pada penelitian ini terlihat bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap tinggi stek tanaman lada adalah pada tanah berpasir dengan dosis limbah cair 100-150 mL, sementara untuk perlakuan 50 mL belum memberikan hasil yang nyata. Hal ini karena pada 50 mL limbah cair pabrik kelapa sawit belum memberikan sumbangan hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman khususnya tinggi stek tanaman lada.

  Tanah bergambut untuk semua dosis limbah cair pabrik kelapa sawit tidak memberikan respon yang nyata untuk tinggi tanaman. Jika harus memilih perlakuan terbaik untuk meningkatkan tinggi stek tanaman lada maka pada tanah berpasir dengan dosis 100 mL limbah cair pabrik sawit sudah memadai. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi stek tanaman lada dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar

 Gambar 1. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi stek tanaman lada

1. b.      Umur Stek Tanaman Lada Mulai Bertunas (hari)

Umur stek tanaman lada mulai bertunas diukur pada saat stek tanaman lada pertama kali memunculkan tunas. Umur stek bertunas berkisar dari 49-70 hari setelah penanaman (HST). Pada penelitian ini perlakuan memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap umur stek tanaman lada mulai bertunas. Perlakuan yang memberikan umur mulai bertunas  tercepat adalah MT1D3, sementara telambat ada 2 perlakuan yaitu MT2D1, dan  MT2D2 karena sampai dengan batas waktu penelitian belum memunculkan tunas. 

Hal menarik dalam penelitian ini adalah umur stek tanaman lada mulai bertunas pada dua perlakuan tidak muncul sampai batas akhir percobaan (12 MST) pada MT2D1 dan MT2D2 hal ini menunjukkan bahwa pada tanah gambut dengan dosis limbah cair pabrik sawit 50 dan 100 ml memiliki kendala untuk memacu munculnya tunas yang baru. Hal lain adalah adanya kecenderungan dosis limbah cair yang maksimal memacu munculnya tunas lebih cepat seperti pada perlakuan MT1D3 dan MT2D3.  Pengaruh perlakuan terhadap umur stek tanaman lada mulai bertunas dapat dilihat pada Gambar 2.

 1. 

  • c.    Jumlah Akar Stek Tanaman Lada (buah)

 

 Jumlah akar stek tanaman lada dihitung dengan mengumpulkan semua akar yang ada dan dilakukan pada tahapan akhir penelitian (12 MST). Pada penelitian ini perlakuan memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap jumlah akar. Jumlah akar paling sedikit adalah MT1D0 dimana tidak memiliki akar sama sekali, sementara terbanyak adalah perlakuan MT1D2. Jika harus menentukan perlakuan terbaik untuk jumlah akar ini adalah MT1D2 karena yang memberikan jumlah akar terbanyak. Jumlah akar stek tanaman lada dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pada media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wahid et al, (2005) yang menyatakan salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan akar adalah ketersediaan P sebesar 111,6 g/tanaman/tahun sementara pada penelitian ini hanya dalam kisaran 0,07-0,22 g/tanaman. Tanah pasir dengan dosis 50-150 mL limbah cair pabrik kelapa sawit mampu memberikan jumlah akar yang relatif lebih banyak jika dibandingkan pada tanah gambut. Perlakuan pada media tanam tanah pasir dengan dosis limbah cair pabrik sawit 100 mL merupakan yang terbaik seperti yang dikemukan oleh Rosmarkam dan Yuwono (2002) salah satu keunggulan sifat porous tanah berpasir sehingga respirasi akar juga lebih baik.  Pengaruh perlakuan terhadap jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar

Gambar 2.  Pengaruh perlakuan terhadap umur stek tanaman lada mulai  bertunas.

Gambar

Gambar 3.  Pengaruh perlakuan terhadap jumlah akar stek tanaman lada

 

Gambar

Gambar 4.  Pengaruh perlakuan terhadap  panjang akar stek tanaman lada

1. d.    Panjang Akar Stek Tanaman Lada (cm)

 

Panjang akar stek tanaman lada diukur pada akar utama yang paling panjang dan dilakukan pada tahapan akhir penelitian (12 MST).  Pada penelitian ini perlakuan memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap panjang akar. Panjang akar terpendek adalah MT1D0 dimana tidak memiliki akar sama sekali, sementara terpanjang adalah perlakuan MT1D1, maka perlakuan terbaik untuk panjang akar ini adalah MT1D1 karena yang memberikan panjang akar terpanjang. Dalam penelitian ini panjang akar merupakan akar yang utama saja.yang diukur.  Hasil analisis  menunjukkan bahwa akar dapat bertambah panjang lebih terlihat pada tanah berpasir. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa bertambahnya ukuran dan panjang akar bergantung juga pada kondisi media perakaran. Semakin besar proses respirasi, semakin baik juga perkembangan akar. Namun secara keseluruhan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata sama seperti jumlah akar karena kebutuhan akan P tidak dalam kondisi idealnya.  Pengaruh perlakuan terhadap panjang akar stek tanaman lada dapat dilihat pada Gambar 4.

1. e.    Berat Akar Stek Tanaman Lada (g)

            Berat akar stek tanaman lada terdiri dari berat basah (BB) akar   dan berat kering (BK) akar diukur pada tahapan akhir penelitian (12 MST) dengan cara membersihkan dulu akar dengan air setelah itu ditiriskan baru ditimbang berat basah kemudian setelah di oven ditimbang untuk berat kering akar. Pada penelitian ini perlakuan memberikan hasil sangat berbeda nyata terhadap  berat basah akar stek tanaman lada dan tidak berbeda nyata terhadap berat kering akar stek tanaman lada. Berat akar terendah adalah MT1D0 karena memang tidak memiliki akar, sementara tertinggi untuk berat basah akar adalah perlakuan MT1D2. Untuk berat kering akar tertinggi adalah MT2D3.

            Berat akar stek tanaman lada terdiri atas berat basah dan berat kering akar, berdasarkan hasil penimbangan berat basah akar dapat dilihat hampir semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata walaupun pada MT1D1 dan MT1D2 didapatkan hasil yang lebih baik. Komponen berat akar stek sangat bergantung pada jumlah akar dan panjang akarnya. Ketika kedua faktor tadi tidak menunjukkan respon yang positif, maka berat akar juga akan terpengaruh. Belum idealnya pemenuhan hara P menjadikan komponen akar ini juga tidak dalam kondisi ideal (Mulyono, 2003), walaupun demikian ada terlihat tanah berpasir memiliki rata-rata berat basah akar yang lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena dari jumlah dan panjang akar juga ternyata pada tanah pasir lebih baik dibandingkan dengan tanah gambut.  Pengaruh perlakuan terhadap berat akar stek tanaman lada dapat dilihat pada Gambar 5.

 1.

  • f.        Berat Stek Tanaman Lada (g)

 

Berat stek tanaman lada terdiri dari berat basah (BB) dan berat kering (BK), diukur pada tahapan akhir penelitian (12 MST). Pada penelitian ini memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap berat basah dan berat kering stek tanaman lada. Berat basah stek terendah adalah MT2D0, dan tertinggi adalah perlakuan MT1D2. Berat kering stek terendah adalah MT1D0 dan tertinggi adalah MT2D2.

Berat stek tanaman lada dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik berat basah maupun berat kering. Hasil penimbangan menunjukkan untuk berat basah stek tanaman lada tertinggi adalah MT1D2 walaupun tidak berbeda nyata dengan MT1D1. Jika harus memilih perlakuan terbaik untuk meningkatkan berat basah stek tanaman lada maka pilihannya adalah pada MT1D1 karena dengan dosis yang lebih rendah dari MT1D2 didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal lain adalah bahwa pemakaian shading/ bahan naungan setelah bibit berumur 4 MST akan berpengaruh dalam menurunkan bobot kering tanaman (Mulyono, 2003).  Pengaruh perlakuan terhadap berat stek tanaman lada dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar

Gambar 5.  Pengaruh perlakuan terhadap berat akar stek tanaman lada

Gambar

Gambar 6. Pengaruh perlakuan terhada berat stek tanaman lada

 

 

            Pengaruh perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit pada media tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan stek tanaman lada dapat dilihat dari tinggi stek tanaman lada, umur stek mulai bertunas, jumlah akar, panjang akar, berat basah dan kering akar, juga  berat basah dan kering stek tanaman lada.  Hasil pengukuran  tinggi  stek tanaman lada, atas pengaruh pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit pada dua media tanam yang berbeda (tanah asir dan tanah gambut) ternyata berbeda. Tinggi stek tanaman lada pada tanah pasir lebih baik dibandingkan dengan tanah gambut. Hal ini terlihat dari rerata tinggi stek tanaman lada pada tanah pasir yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan rerata tinggi stek tanaman lada pada tanah gambut. Kondisi ini karena pada tanah berpasir pH tanahnya relatif lebih tinggi dan memiliki pori yang lebih porous jika dibandingkan tanah gambut sehingga stek tanaman lada dapat bertumbuh lebih baik, walaupun pada tanah pasir sendiri baru memberikan perbedaan pada dosis 100 dan 150 mL limbah  cair  pabrik  kelapa  sawit, sementara untuk 0 dan 50 mL belum ada perbedaannya karena pada dosis 100-150 mL memberikan sumbangan hara dalam limbah cair pabrik kelapa sawit untuk N sebesar 0,56-0,85  ppm  sementara pada  dosis 0-50 mL adalah 0-0,28 ppm. Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit tidak memberikan pengaruh pada tanah gambut, karena pada perlakuan tanpa limbah cair pabrik kelapa sawit pun sudah memiliki rerata tinggi stek tanaman lada yang lebih besar dibandingkan dengan yang diberi limbah cair pabrik kelapa sawit.  Tanah  pasir  dengan  pemberian limbah cair hanya efektif pada besaran 100 mL, karena pada dosis diatasnya pun tidak memberikan pengaruh yang nyata. 

       Umur stek tanaman lada mulai bertunas pada tanaman lada lebih cepat pada media tanam tanah pasir. Sampai sejauh ini juga belum banyak penelitian yang memastikan bahwa umur stek tanaman bertunas karena pengaruh hara, walaupun menurut Ruhnayat (2011) ada korelasi pemberian NPK 20 g/tanaman/tahun.

         Tanah pasir mempunyai jumlah akar yang lebih banyak daripada tanah gambut.  Hal ini disebabkan karena tanah pasir memiliki pori yang lebih besar menyebabkan respirasi akar lebih baik karena aerasi juga baik. Menurut Subagyo et al. (2004) kondisi aerasi yang baik menyebabkan pembentukan suberin dan kambium lebih optimal sehingga akar bisa lebih banyak jumlahnya, disamping kondisi tanah berpasir yang porous memudahkan perakaran untuk berkembang baik secara vertikal maupun horizontal. Kondisi sebaliknya pada tanah gambut memiliki pori yang lebih kecil yang lebih kuat untuk memegang air sehingga respirasi menjadi terhambat yang berujung pada tumbuh kembangnya akar juga ikut terhambat.

       Selain jumlah akar stek tanaman lada, pengaruh lain dari pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit adalah panjang akar. Kondisi panjang dan pendeknya akar ini dikarenakan media tanam. Media tanam tanah pasir lebih memberikan ruang bagi akar untuk bertumbuh/ bertambah panjang ukurannya. Hal ini terlihat dari rerata panjang akar tanaman lada pada tanah pasir yang diberi limbah cair khususnya pada dosis 50 mL lebih panjang jika dibandingkan dengan media tanam tanah gambut untuk semua dosis. 

            Berat akar merupakan indikator lain yang bisa diamati untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah cair. Berat akar stek tanaman lada sangat dipengaruhi oleh jumlah akar dan panjang akar karena dua komponen ini yang nanti menentukan berat akar, baik berat basah maupun berat keringnya. Berat akar pada perlakuan dengan media tanam tanah pasir memberikan hasil rerata berat akar yang lebih tinggi dibandingkan media tanam tanah gambut. Media tanam tanah gambut hampir tidak memberikan pengaruh antara yang diberi limbah cair pabrik dengan tanpa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit. Pada tanah berpasir perlakuan dengan dosis 100 mL memberikan pengaruh yang nyata jika dibandingkan tanpa pemberian limbah cair maupun dosis lainnya. Besar kecilnya berat akar dipengaruhi oleh dua komponen tadi memberikan indikasi juga bahwa media tanam berupa tanah gambut kurang memberikan lingkungan yang baik untuk perakaran secara keseluruhan. Beberapa faktor penghambat seperti pH tanah yang sangat masam dan pori yang kecil serta kelembaban yang sangat tinggi membuat perakaran tanaman lada tidak bisa optimal bertumbuh dan berkembang pada tanah gambut. 

                 Kondisi perakaran stek tanaman lada pasti turut mempengaruhi bagian atas tanaman termasuk berat stek tanaman lada itu sendiri. Perakaran yang baik dalam jumlah maupun panjangnya akan memberikan pengaruh yang baik juga bagi pertumbuhan stek tanaman lada. Pertumbuhan stek tanaman lada sudah terlihat pada pengukuran tinggi stek tanaman lada dan munculnya tunas. Secara umum media tanam berupa tanah pasir memberikan pertumbuhan dan perkembangan stek tanaman lada lebih berat stek tanaman lada ( lebih baik) dibandingkan pada tanah gambut. Secara khusus dalam pemberian dosis 100 mL  limbah cair pabrik kelapa sawit (MT1D2) memberikan pengaruh pada berat stek tanaman lada  Hal ini sesuai dengan komponen pendukungnya yaitu tinggi stek tanaman lada dan umur stek tanaman lada mulai bertunas juga lebih baik dalam dosis 100 mL limbah cair pabrik kelapa sawit  (MT1D2).

     Lingkungan tumbuh memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman lada. Salah satu faktor dalam lingkungan tumbuh adalah keharaan. Karakteristik media tanam dan limbah cair merupakan hal yang sangat penting diketahui pada tahap awal penelitian. Kedua media tanam menunjukkan bahwa tanah pasir memiliki keharaan yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah gambut. Pemanfaatan tanah gambut sebagai media tanam pada penelitian ini masih terkendala oleh sifat-sifat negatif tanah bagi pertumbuhan tanaman sehingga potensinya belum dapat dimanfaatkan secara maksimal (Masganti, 2003).  

KESIMPULAN

  

            Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dapat meningkatkan pertumbuhan stek tanaman  lada dengan perlakuan yang terbaik media tanam  tanah pasir dengan dosis limbah 100 mL (MT1D2) yang berpengaruh terhadap  tinggi stek tanaman lada (cm),  dan   berat  basah akar stek tanaman lada (gram).

DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia. Lada, Dirjen Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. 32 halaman.

Masganti, 2003. Kajian Upaya Meningkatkan Daya Penyediaan Fosfat Dalam Bahan Gambut Oligotrofik. Desertasi Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, 355 halaman.

Mulyono, D. 2003. Pengaruh Pupuk Daun dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Lada. Jurnal Sains dan Teknologi BPPT 7 (5): 11-15

Puslittanak. 1998. Laporan Survey dan Pemetaan Tanah Tinjau Mendalam, Daerah Kerja D, Proyek Pengembangan Lahan Gambut Sejuta Hektar di Kalimantan Tengah. Puslittanak, Bogor. 210 halaman.

Puslittanak. 2000.  Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Puslittanak, Bogor. 266 halaman.

Rosmarkam, A., dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Ruhnayat, A. 2011. Respon Tanaman Lada Perdu terhadap Pemupukan NPK pada Jenis Tanah Inceptisols dan Ultisols. Bul. Littro 22 (1): 23-32

Satyoso, H., S.M. Hutabarat, Harimurti, Slamet dan Berlian. 2005. Pemanfaatan Limbah Cair PKS di PT. Astra Agro Lestari Tbk. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (IOPRI). Medan.

Sitorus, D, T., dan L., Mauludi, 1992. Analisi Respon Penawaran Lada Putih Indonesia. Bulettin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat VII (2) : 1 – 5.

Sutarta, E.S., Winarna, P.L.Tobing dan Sufianto, 2003. Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (IOPRI). Medan.

Subagyo H., N. Suharta, dan A. B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah Pertanian di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor: 21-66

Wahid, P., M. Syakir, Hermanto, E. Surmaini dan J. Pitono. 2005. Pencucian dan Serapan Hara Lada Perdu pada Berbagai Tingkat dan Frekuensi Pemberian Air. Jurnal Littri 11: 13-18

Wandansari, N.R. 2009. Produksi Pupuk Organik Cair Berkualitas dari Pemanfaatan Limbah            Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. IPB. Bogor.

Widjaja, E dan B.N. Utomo. 2004. Solid Sawit Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah.


Tinggalkan sebuah Komentar so far
Tinggalkan komentar



Tinggalkan komentar