JURNAL ILMIAH AGRI PEAT FAPERTA UNPAR


Volume 13 Nomor 2 September 2012 ==PENGARUH PEMUPUKAN PHONSKA DAN PUPUK KANDANG AYAM == Shella AJW
7 September 2013, 12:34 pm
Filed under: Penelitian

PENGARUH PEMUPUKAN PHONSKA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

(The Effects of  Phonska  and Chicken Manure Fertilization on Yield of Cucumber (Cucumis sativus, L.) on Red Yellow Podzolic Soils)

Shella, A.J.W.*)

*) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya

ABSTRACT

This research aimed to know the influence of the Phonska and chicken manure fertilization to result of Cucumber crop of Varietas Hercules on red yellow podzolic soils. This research used the Complete Random Device factorial. The first factor is dose of fertilize the Phonska, consisted of three level, that are 450, 900 and 1.350 kg ha-1. Second factor is dose of fertilize the chicken manure, consisted of four level, that are 5,10,15 and 20 t ha-1. The result of research indicated that the interaction fertilize the Phonska with the chicken  manure no have an significant effect to all variables. Single factor of fertilization the Phonska have an significant effec to amount of fruit and fresh fruit weight, in contrast to length and fruit diameter. Dose fertilize the Phonska 1.350 kg ha-1 gave the best result, that is amount of fruit 5,43 fruit.crop-1 and fresh fruit weight 557,53 g crop-1. Fertilization of chicken manure have an significant effect to increase of the amount of fruit and fresh fruit weight, in contrast to length and fruit diameter. Dose fertilize the chicken  manure 20 t ha-1 gave the best result that is amount of fruit 4,76 fruit crop-1 and fresh fruit weight 654,17 g crop-1

Key words  : Cucumber, Phonska  fertilizer, Chicken manure, Red yellow podzolic soils

 

ABSTRAK

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Phonska dan pupuk kandang ayam terhadap hasil tanaman Mentimun varietas Hercules pada tanah Podsolik Merah Kuning. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial yaitu faktor pertama adalah dosis pupuk Phonska  dengan tiga taraf yaitu 450, 900 dan 1.350 kg ha-1 dan faktor kedua adalah dosis pupuk kandang ayam terdiri dari empat taraf yaitu 5, 10, 15, dan 20 t ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi pupuk Phonska dengan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Faktor tunggal dosis pupuk Phonska berpengaruh nyata terhadap jumlah buah dan berat buah segar tapi sebaliknya pada panjang dan diameter buah. Dosis pupuk Phonska 1.350 kg ha-1 memberikan hasil terbaik yaitu jumlah buah 5,43 buah.tanaman-1  dan berat buah segar 557,53 g tanaman-1. Pupuk kandang ayam berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan jumlah buah dan berat buah segar, dan sebaliknya pada panjang dan diameter buah. Dosis pupuk kandang ayam 20 ton.ha-1 memberikan hasil terbaik yaitu jumlah buah 4,76 buah tanaman-1 dan berat buah segar 654,17 g tanaman-1.

Kata Kunci : Mentimun, pupuk Phonska, Pupuk Kandang Ayam, Tanah  Podsolik Merah Kuning

 PENDAHULUAN

Berdasarkan data dari Kalimantan Tengah dalam Angka (2010), produksi dan kualitas mentimun di KalimantanTengah, khususnya Kota Palangka Raya masih sangat rendah. Pada tahun 2008 jumlah produksi hanya 410,06 ton, sedangkan pada tahun 2009 terdapat peningkatan jumlah produksi menjadi 1416,36 ton. Walaupun demikian kebutuhan mentimun masih kurang untuk dikonsumsi dan sebagian kekurangannya didatangkan dari daerah lain misalnya dari Kalimantan Selatan dan pulau jawa.  Memperhatikan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap buah mentimun, maka pengembangan secara intensif perlu dilakukan, termasuk memanfaatkan lahan-lahan tidur seperti tanah marjinal dan podsolik merah kuning.

Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah ± 15.356.000 hektar,  dari luas tersebut, tanah podsolik merah kuning asosiasi dengan tanah podzol menempati luas 6.477.264 hektar, 42.18%  yang tersebar di kabupaten dan wilayah kota (Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah, 2007).  Tanah Podsolik Merah Kuning memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu dari 90-180 cm dengan batas-batas antara horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpal, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung berliat. Konsistensinya adalah gembur di bagian atas (top-soil) dan teguh di lapisan tanah bawah (sub-soil). Kandungan bahan organik pada lapisan olah (top-soil) adalah kurang dari 9 persen, umumnya sekitar 5 persen. Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya sangat rendah, yaitu antara 4,0 sampai 5,5 (Sarief, 1989). Secara umum kondisi tanah Podsolik Merah Kuning dengan KB rendah dengan tingkat status KTK yang manapun (apakah KTK tinggi, sedang apalagi rendah), kondisi ini kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman karena menggambarkan bahwa unsur hara basa-basa terutama Ca, Mg, dan K masih relatif  sulit tersedia bagi tanaman (Widjaja Adhi, 1986). Sebaliknya kation-kation asam terutama H dan Al sangat dominan dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman.

Pemupukan merupakan upaya untuk mencapai kebutuhan unsur hara bagi tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas tanah dan produksi tanaman. Alternatif yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanah podsolik yang diketahui mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, dalam penelitian ini adalah pupuk Phonska dan pupuk kandang kotoran ayam. Menurut  Sutedjo (1995), bahan organik seperti pupuk kandang  kotoran ayam merupakan sumber  unsur hara, yaitu dengan adanya  dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme  tanah yang berlangsung secara lamban, akan tetapi terus menerus. Pupuk organik sangat baik untuk memperbaiki kesuburan tanah podsolik karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.  Pupuk organik  yang kaya unsur hara makro dan mikro  adalah pupuk kandang ayam. Sedangkan pupuk anorganik seperti  pupuk Phonska diperlukan sebagai sumber untuk menambah unsur hara makro yaitu N, P, K dan S, serta unsur mikro lainnya.

Berdasarkan hal tersebut  di atas maka penelitian tentang pengaruh pemupukan pupuk Phonska dan pupuk kandang kotoran ayam perlu untuk diteliti.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan masalah sulitnya penyerapan pupuk oleh tanaman bila menggunakan pupuk yang melalui daun, serta dapat membantu mengatasi  permasalahan yang ada, terutama dari segi fisika tanah dan kimia tanah disamping itu juga ikut mengembangkan konsep pertanian yang berkelanjutan di lahan Podsolik Merah Kuning.

Dengan penambahan hara  dari pupuk Phonska dan kotoran ayam  pada tanah podsolik Merah Kuning, diharapkan dapat meningkatkan produksi  tanaman mentimun secara khusus pada tanah Podsolik Merah Kuning.

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah hasil tanaman mentimun yang diberi pupuk Phonska dan pupuk kotoran ayam pada tanah Podsolik Merah Kuning.

BAHAN DAN METODE

            Penelitian dilaksanakan di rumah plastik berlokasi di Jl. Pilau, Kelurahan Panarung Kota Palangka Raya pada bulan  Maret –  Juni  2012.  Lokasi pengambilan tanah adalah di  Jl. Tjilik Riwut Km. 29, Kec. Bukit Batu  Kota Palangka Raya.

            Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tanah Podsolik Merah Kuning, plastik, benih mentimun  varietas Herkules, polybag ukuran 25 x 40 cm (volume 12 kg), pupuk kandang ayam dan  pupuk Phonska 20-15-15. Alat yang digunakan adalah parang, cetok, tali rafia, ember, neraca ohaus, kamera, hand sprayer, jangka sorong, kertas label, kayu, plastik, ayakan  ukuran 2 mm dan alat tulis.

            Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk Phonska (P)  terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu 450 kg P2O5.ha-1 =  2,70 g polybag-1;  900 kg P2O5.ha-1 =  5,40 g polybag-1; 1.350 kg P2O5.ha-1 =  8,10 g polybag-1. Faktor kedua adalah  pupuk kandang  kotoran  ayam  (K) terdiri  dari 4 taraf, yaitu :  5 t ha-1   =  22,5 g polybag-1; 10 t ha-1 =  45,0 g polybag-1; 15 t ha-1 =  67,5 g polybag-1; 20 t ha-1 =  90,0 g polybag-1.

Berdasarkan taraf-taraf yang dicoba dari kedua faktor perlakuan tersebut maka diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 4 kali sehingga diperoleh 48 satuan percobaan.

Pelaksanan penelitian

Tanah Podsolik sebagai media tanam diambil pada kedalaman 0–20 cm. Kemudian dikeringanginkan selama 1 minggu dan dibersihkan dari sisa – sisa tanaman berupa akar. Selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan berdiameter lubang lolos butiran ≤ 2 mm dan ditimbang 12 kg untuk setiap polibag.

Tanah yang telah ditimbang tersebut dihamparkan di atas karung plastik dan ditambahkan pupuk kandang ayam sesuai perlakuan.  Tanah dan pupuk kandang ayam dicampur secara merata, selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag dan diinkubasi 1 minggu. Sebelum penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan kedalaman ± 3 cm. Setiap lubang tanam diisi dua benih mentimun.

Pupuk Phonska diberikan sesuai perlakuan melalui 2 tahap, yaitu 1/4 bagian diberikan pada saat tanam dan 3/4 bagian lagi diberikan pada saat tanaman berumur 4 MST. Pemeliharaan dilakukan secara intensif meliputi penyiraman, penjarangan tanaman, pengajiran, penyiangan, pemangkasan serta pengendalian hama dan penyakit.

Panen dilakukan pada umur tanaman  40 hari setelah tanam. Kriteria  panen yaitu buah yang besar tetapi belum tua, dicirikan dengan kulit buah berwarna hijau gelap.  Panen dilakukan 3 hari sekali sebanyak 5 kali panen, dengan cara memetik tangkai buah menggunakan pisau tajam.

Pengamatan dilakukan terhadap komponen generatif  meliputi variabel:

  1. Jumlah buah per tanaman (buah), dihitung saat panen (kumulatif jumlah buah dari 5 kali panen).
  2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal buah sampai ujung buah menggunakan penggaris.  Buah yang diukur adalah semua buah hasil panen pada setiap perlakuan kemudian dirata-ratakan.
  3. Diameter buah (cm), diukur dengan jangka sorong yaitu mengukur pada bagian ujung, bagian tengah dan bagian pangkal buah kemudian dirata-ratakan.
  4. Berat buah segar per tanaman (g) ditimbang saat panen (kumulatif berat segar buah dari 5 kali panen) menggunakan timbangan ohaus.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan, data hasil pengamatan dianalisis menggunakan Uji F pada taraf a = 5%. Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji nilai rata-rata menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf a = 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis ragam terhadap jumlah buah, panjang buah, diameter buah dan dan berat buat segar buah  mentimun, diketahui bahwa interaksi antara pemberian pupuk Phonska dan pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel pengamatan. Faktor tunggal pemberian pupuk Phonska dan faktor tunggal pupuk kandang ayam hanya berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah buah dan berat buah segar, sedangkan terhadap variabel panjang buah dan diameter buah tidak mampu menunjukkan pengaruh yang nyata.

Hasil uji BNJ terhadap jumlah buah dan berat buah segar, masing-masing akibat pengaruh  pemberian pupuk Phonska dan pupuk kandang ayam ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa rata – rata jumlah buah dan berat buah segar yang paling baik adalah pada perlakuan pupuk Phonska dosis 1.350 kg ha-1 (perlakuan P3), walaupun hasil uji BNJ perlakuan tersebut tidak berbeda dengan P2, tetapi berbeda dengan perlakuan  P1 yang mempunyai rata-rata jumlah buah paling sedikit. Pada Tabel 1. juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 20 t ha-1  (perlakuan K4) memberikan hasil jumlah buah dan berat buah segar yang terbaik.

Interaksi perlakuan  pupuk Phonska dan pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap seluruh variabel pengamatan. Hal ini diduga kedua jenis pupuk tersebut mampu memberikan pengaruh secara sendiri-sendiri terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun.

Pupuk Phonska merupakan pupuk anorganik yang dapat menambah unsur hara di dalam tanah dan bersifat lebih cepat tersedia sehingga langsung dapat diserap tanaman setelah larut dalam air. Berbeda dengan pupuk kandang ayam yang termasuk kategori pupuk organik. Pupuk organik umumnya bersifat lambat melepaskan unsur hara (melepaskan unsur hara secara bertahap). Akan tetapi selain sebagai sumber hara pupuk kandang ayam mampu meningkatkan pH dan meningkatkan Kejenuhan Basa karena pupuk kandang ayam mengandung basa-basa seperti  K, Ca dan Mg serta fungsinya sebagai chelating agent terhadap kation logam Al dan Fe serta dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.  Selain itu, juga berperan dalam perbaikan sifat fisik dan biologi tanah. Secara fisik, pupuk kandang ayam dapat meningkatkan kesuburan tanah. Menurut Hardjowigeno (1992), dan Lingga dan Marsono, (2001), bahwa pupuk kandang memperbaiki sifat fisika tanah melalui perbaikan struktur tanah menjadi lebih gembur dan remah, serta meningkatkan kapasitas menahan air. Secara biologis, mampu menambah jumlah dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga terjadi dekomposisi bahan organik tanah.

Tabel 1.  Hasil uji BNJ terhadap rata-rata jumlah buah, panjang buah, diameter buah dan berat  buah segar mentimun akibat pengaruh pupuk Phonska dan pupuk kandang ayam

Tabel shela 1

Keterangan :  Nilai  rata-rata yang ditandai oleh huruf yang sama pada kolom  dan perlakuan  sama tidak berbeda menurut Uji BNJ pada taraf  a = 5%.


Pupuk kandang juga dapat meningkatkan suhu tanah, meningkatkan kapasitas sangga tanah, dan meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman ( Stevenson, 1978 dalam Sarief, 1989).

Dalam penelitian ini menggunakan media tanam tanah Podsolik Merah Kuning. Menurut Yulius dkk., (1985), Tanah podsolik merah kuning memiliki sifat fisik dan kimia yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, permeabilitas lambat dengan bertambahnya kedalaman tanah dan stabilitas agregat yang kurang baik.  Kesuburan tanah Podsolik semakin diperburuk oleh reaksi tanah yang masam. Tanah masam dicirikan pula oleh adanya kandungan Al yang tinggi.  Pengaruh buruknya terhadap tanaman budidaya pertumbuhan dapat terlihat dengan adanya gejala-gejala rusaknya pertumbuhan dan perkembangan akar (Evans dan Kamprats,1987 dalam Mursyid, 1991). Berdasarkan kondisi fisik tanah Podsolik tersebut, maka pemberian pupuk kandang ayam  (pupuk organik) akan memperbaiki kondisi fisik tanah menjadi lebih baik. Dari segi penyediaan hara, adanya pemberian pupuk Phonska dan pupuk kandang sangat menunjang ketersediaan unsur hara makro dan mikro secara simultan untuk tanah dan tanaman. Maksudnya unsur hara pupuk anorganik bersifat mudah dan cepat tersedia sedangkan pupuk organik bersifat tersedia secara lambat dan bertahap.

Peningkatan jumlah buah dan berat buah segar per tanaman merupakan penampilan dari tanaman mentimun dalam merespon pupuk yang diberikan. Jumlah buah dan berat buah mentimun per tanaman pada perlakuan pupuk Phonska dan perlakuan pupuk kandang ayam mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya dosis  yang diberikan. Lebih banyaknya buah yang dihasilkan tanaman diikuti dengan berat buah segar yang tinggi pada perlakuan pupuk Phonska dosis 1.350 kg.ha-1 (perlakuan P3) diduga karena kebutuhan nutrisi  terutama N, P, K pada perlakuan tersebut lebih cukup dibandingkan  perlakuan lainnya. Tersedianya unsur N, P dan K secara berkecukupan ini mendukung pertumbuhan tanaman selama fase vegetatif dan generatif sehingga proses-proses fisiologis tanaman pada perlakuan ini lebih baik dan tidak mengalami gangguan dibandingkan perlakuan lainnya. Menurut  Hardjowigeno (1992), adanya keseimbangan unsur hara yang diserap tanaman sangat membantu dalam meningkatkan jumlah buah dan berat segar buah. Sesuai pendapat Flemming (1990) bahwa pemberian molibdenum akan menghasilkan luas daun lebih besar dan jumlah klorofil yang lebih banyak, dengan demikian hasil dari fotosintesa lebih banyak yang akan ditranslokasikan untuk menambah ukuran buah, jumlah buah, memperbaiki kualitas  buah serta menambah kadar mineral dalam buah.

Gardner, Pearce dan Mitchell (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman mutlak memerlukan hasil asimilasi yang dihasilkan tanaman dari penyerapan unsur hara yang merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan selain faktor genetik tanaman. Sutedjo dan Kartasapoetra (1991), menjelaskan bahwa dalam perbaikan kualitas buah didukung oleh  unsur N sebagai pembentuk protein dan karbohidrat yang ditransfer ke buah. Liliek (1990), menyatakan tanaman menyerap unsur N diperlukan untuk menunjang pertumbuhan vegetatif baik batang, cabang maupun daun. Nitrogen berperan dalam pembentukan khlorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain. Senyawa-senyawa inilah yang akan memacu proses pembelahan sel-sel baru dan pembesaran sel-sel jaringan meristem sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan bahkan hasil tanaman.   Selain unsur N, menurut Suprapto (1994) unsur K membantu dalam perkembangan akar, membantu proses pembentukan protein, menambah daya tahan terhadap serangan  penyakit dan merangsang pengisian biji. Menurut Barber (1977), agar efisiensi fotofosforilasi tinggi, dibutuhkan K yang cukup. Disamping itu, peran K dalam meningkatkan translokasi fotosintat, K dapat meningkatkan asimilasi CO2 dan sintesis ATP sehingga dapat meningkatkan laju aliran senyawa organik dan ATP di dalam floem.

Unsur N dan P harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan pertambahan bobot dan pengembangan daun secara cepat selama fase perkembangan (Goldsworthy dan Fisher, 1996).

Suprapto (1994) mengemukakan bahwa unsur hara P diperlukan tanaman sepanjang masa pertumbuhannya dan periode terbesar penggunaan P dimulai pada masa pembentukan buah dan pengisian biji. Menurut Ispandi (2000); Rosmarkam dan Yuwono, (2002), bahwa unsur P merupakan unsur sebagai pembentuk ATP yang merupakan sumber energi untuk semua proses metabolisme dalam sel termasuk pembentukan dan proses transportasi yang berlangsung di dalam jaringan tanaman. Lebih lanjut  Gardner, Pearce dan Mitchell (1991) menjelaskan bahwa hasil tanaman ditentukan oleh proses-proses yang mengendalikan produksi antara lain pasokan nutrisi, mineral dan hasil fotosintesis. Peningkatan aktivitas metabolisme berarti dapat meningkatkan proses pembentukan protein yang terbentuk, kemudian ditransfer ke biji sebagai cadangan makanan, sehingga makin besar cadangan makanan yang terbentuk dalam buah, semakin besar pula jumlah dan ukuran buah  yang dihasilkan tanaman.  Meningkatnya jumlah dan ukuran buah maka meningkat pula berat buah yang dihasilkan tanaman mentimun.

Perlakuan pupuk Phonska dan pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata panjang buah dan diameter buah mentimun, diduga faktor genetik (sifat genetik tanaman) lebih besar pengaruhnya terhadap penampilan buah (panjang dan diameter buah) dari pada perlakuan yang diberikan. Menurut Gardner, Pearce dan Mitchell (1991), bahwa pertumbuhan tanaman (vegetatif dan generatif) sangat dipengaruhi oleh faktor kendali genetik (genetic) selain faktor lingkungan (environment) termasuk ketersediaan unsur hara dalam tanah (kesuburan tanah) sehingga mempengaruhi besarnya penampilan tanaman (fenotip).

Kemampuan pupuk kandang kotoran ayam dosis 20 t ha-1 (perlakuan K4) dalam meningkatkan jumlah buah dan berat buah segar paling tinggi dikarenakan pada dosis ini baru didapatkan kondisi tanah yang paling mendukung pertumbuhan tanaman. Seperti yang telah dijelaskan oleh Hardjowigeno (1992), bahwa pupuk kandang mampu meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Kirchner et al., (1993), mengemukakan bahwa bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, infiltrasi, kesuburan dan daya  pegang air yang menciptakan  lingkungan yang baik bagi mikroorganisme tanah dalam  menambat fiksasi N.  Dengan pemberian pupuk kotoran ayam dosis tertentu, kebutuhan hara tanaman terpenuhi melalui perbaikan pH dan penambahan bahan organik tanah. Peningkatan pH tanah akan memperbaiki kehidupan dan aktifitas mikroba tanah yang berperan dalam dekomposisi bahan organik sehingga ketersediaan hara meningkat. Dengan perakaran yang berkembang maksimal, tanaman mampu mengabsorbsi hara, terutama N, P, K, Ca, dan Mg yang disuplai oleh  pupuk kotoran ayam, sehingga proses fotosintesis dan translokasi fotosintat dapat berjalan lancar. Namun dengan kondisi media tanam yang digunakan berupa tanah podsolik merah kuning, dimana tanah ini mempunyai tingkat kesuburan yang sangat rendah maka untuk mendapatkan kondisi tanah  yang baik diperlukan input pemberian pupuk kandang ayam cukup besar supaya dapat memberikan produksi  tanaman yang maksimal.

KESIMPULAN

1.   Interaksi pupuk Phonska dan pupuk kandang kotoran ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata  terhadap semua variabel pengamatan.

2.   Pemberian pupuk Phonska memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah dan berat buah segar. Sedangkan terhadap panjang dan diameter buah pupuk tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata.  Jumlah buah terbanyak dan berat buah segar tertinggi terdapat pada perlakuan dosis 1.350 kg ha-1 yang menghasilkan rata-rata 5,43  buah tanaman-1 dan 557,53 g tanaman-1

3.   Pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peningkatan jumlah buah dan berat buah segar. Sedangkan terhadap panjang buah dan diameter buah pupuk kandang kotoran ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata.  Jumlah buah terbanyak dan berat buah segar tertinggi terdapat pada perlakuan dosis 20 t ha-1 yang menghasilkan rata-rata  4,76 buah tanaman-1 dan 654,17 g tanaman-1.

SARAN

Penelitian yang sama perlu dilakukan langsung di lapangan dengan menambah variabel pengamatan, serta untuk mengetahui pengaruh perlakuan sesuai kondisi lapangan, dan untuk tanaman hortikultura lainnya seperti tomat, dan melon.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statisik. 2007. Kalimantan Tengah  Dalam Angka. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah.  Palangka Raya.

Barber, J., 1977.  Energy Convension and Ion Fluxes in Chloroplast.  P.83-93.  In Proceeding of the 13 th  Colloqium of the Int.  Potast,  Inst.  New  York.  UK.

Departemen Pertanian, 2010.  Kalimantan Tengah  Dalam Angka. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya.

Flemming, G.A. 1990, Essential Micro Nutriens I, B and Mo, Jhon Wiley and Sons, New York, p. 76 – 92.

Gardner, F., R.B. Pearce dan R.L., Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press.  Jakarta.

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher, 1996.  Fisiologi Tanaman budidaya Tropik (Terjemahan Tosari). Gajah Mada University Press.  Yogyakarta.

Hardjowigeno. S. 1992. Ilmu Tanah.  Media Sarana Perkasa.  Jakarta.

Ispandi, A. 2000. Pemupukan P, K, S dan Tumpang Sari Ubi Kayu + Kacang Tanah di Lahan Kering Alfisol. dalam M. Soedardjo, dkk (eds). Komponen Teknologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. BALITKABI, Malang. Hal : 183

Kirchner, M.J., A.G. Wollum, and L.D. King, 1993.  Soil Microbiology and Biochemistry.  Soil Sci.  Am. J., 57 : 1289 – 1295.

Liliek, A., 1990.  Nutrisi  Tanaman.  Rineka Cipta.  Jakarta.

Lingga, P dan Marsono, 2001.  Petunjuk Penggunaan Pupuk.  Penebar Swadaya.  Jakarta.

Mursyid, A.  1991.  Pertanaman Berpola Lorong antara Gamal dan Kaliandra Dengan Kedelai di Tanah Podsolik Bekas Alang-alang.  Tesis.  Fakultas Pasca Sarjana IPB.  Bogor.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono, 2002.  Ilmu Kesuburan Tanah.  Kanisius. Yogyakarta.

Sarief, E.S., 1989.  Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian.  Pustaka  Buana.  Bandung.

Suprapto, H.S. 1994. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya.  Jakarta.

Sutedjo, M.M., 1995.  Pupuk dan Cara Pemupukan.  Rineka  Cipta.  Jakarta.

Sutedjo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta. Soepardi, G., 1984.  Laporan Kemajuan Kegiatan Penelitian di Test Farm Gambut Pedalaman Bereng Bengkel, Kalimantan Tengah.  Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dati I Kalimantan Tengah dengan Fakultas Pertanian IPB.  Bogor.

Widjaja Adhi, IPG. 1986.  Pengelolaan Lahan Pasang Surut dan Lebak.  Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. V (I) 1-9.

Yulius A.  K. P.,   J.  L.  Namere Arifin, S.  R.  Solo, Samosir, R.  Tangkaisai, J.  R.  Lalopud, B.  Ibrahim, H.  Asmadi.  1985.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  BKPTN-INTIM.  Ujung Pandang.


Tinggalkan sebuah Komentar so far
Tinggalkan komentar



Tinggalkan komentar